Minggu, 12 Juni 2016

# Buku

Senyum Karyamin - Tak Ada Bandingan


Judul       : Senyum Karyamin
Penulis    : Ahmad Tohari
Penerbit   : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN       : 978-979-22-9736-2

Buku kumpulan cerpen karya Ahmad Tohari ini membuat saya ingin mengoleksi semua karya beliau. Ada 13 cerpen dalam buku ini. Dari ketiga belas itu ada dua cerpen yang terus menerus terngiang-ngiang dalam benak saya. Pertama, Tinggal Matanya Berkedip-Kedip dan yang kedua, Blokeng.

Secara keseluruhan novel ini mengangkat kisah rakyat jelata yang dihup di pedesaan. Kisah mereka terlihat sederhana namun kompleks, dan sekiranya cerpen Blokeng bisa jadi yang paling menggelikan. 

Tinggal Matanya Berkedip-Kedip mengkisahkankan tentang Cepon, seekor kerbau yang tak mau lagi membantu membajak sawah. Si empunya pun terpaksa memanggil pawang untuk membuat cepon dapat kembali berguna bagi sawahnya. Sayangnya sang pawang begitu sombong dan arogan. Berlaku kasar kepada cepon dengan alasan menjinakan. Namun karena tindakannya yang terlalu kasar, cepon justru rubuh tergulai tidak berdaya. Dalam cerpen ini Ahmad Tohari menyampaikan pesan luar biasa bagi saya. Tentang arti dan nilai diri yang sering kali disalahgunakan. Tentang arti dan nilai diri yang sering salah dipahami.

Sang Pawang, Musgepuk bisa dibilang gagah karena berhasil menjinakan Cepon. Tetapi keberadaan Masgepuk menjadi tidak berarti dan tidak bernilai karena dia yang seharusnya membantu si empunya kerbau kembali membajak sawah justru rubuh dan bersimbah darah.

"Musgepuk jadi tak berdaya justru setelah Cepon rubuh dan tak mau melawannya. Dia, Musgepuk, telah kehilangan motivasi. Seorang pawang baru mempunyai makna bila dia berdiri di belakang seekor kerbau yang tetap tegar dan mau bekerja sama. Di hadapan mata kerbau yang hanya bisa berkedip-kedip, Musgepuk kehilangan arti dan nilainya. Dia bukan apa-apa."


Berbeda dengan kisah Cepon yang cukup membuat hati getir, sedih, dan tak tega, cerpen berjudul Blokeng justru menggelikan bagi saya. Cerpen ini pun nampaknya agak menyindir. 

Blokeng adalah seorang gadis yang hidup sendiri dan sangat tak beruntung karena diperkosa di malam hari gelap hingga akhirnya dia bunting dan beranak bayi.Kehamilan Blokeng membuat warga kampunya belingsatan. Seperti tak ingin dituduh menghamili gadis lugu itu semua warga lantas betingkah aneh. Seperti ketika Blokeng berujar bahwa pelaku pemerkosa tidak memakai sandal jepit, maka dengan cepat kabar tersebut menyebar ke seluruh warga kampung dan esok harinya tak ada satu pun warga yang menggunakan sandal jepit sebagai alas kaki. Sandal jepit menjadi sukar ditemukan.

Hal yang lebih lucu terjadi ketika Blokeng berujar pelaku pemerkosa lelaki yang berkepala botak, maka esok harinya seluruh warga kampungnya dipenuhi lelaki botak berseliweran. Tak ada satu pun warga yang rambutnya tak dicukur habis. 

Ending cerpen ini membuat saya geli sekali. Diceritakan blokeng yang tengah menimang anaknya yang menangis. Blokeng menghibur anaknya yang sedih dan tak punya bapak dengan meminta anaknya melihat warga kampung yang tengah berseliweran dengan kepala botak. Seolah mengerti yang dibicarakan sang ibu, anaknya pun lantas tertawa.

Hampir seluruh cerpen dalam buku ini syarat nilai dan pesan yang tidak biasa. Namun dengan pembedaharaan kata yang luar biasa, Ahmad Tohari berhasil membuat karyanya mudah dipahami dan pesan yang disampaikan menjadi begitu mengena.


1 komentar:

Push Notification