Rabu, 23 September 2015 saya nemuin iklan film No Escape di linimasa twitter. Berhubung lagi pengen nonton, saya cari tau lah jam tayangnya di 21cineplex. Ternyata No Escape gak tayang di banyak bioskop. Oleh karena No Escape dibintangi Owen Wilson, tumbuh lah rasa penasaran. Yup, saya suka Owen Wilson. Boleh dibilang ngfans, tapi dalam batas wajar. Saya suka dia karena doi kayak punya kharisma tersendiri *sulit diungkapkan dengan kata-kata :))
Cari tau resensi dan nonton trailernya No Escape makin bikin saya penasaran dan pengen nonton segera. Sayang, suami saat itu lebih pilih untuk nonton Everest di Cibinong City Mall. Alasannya sederhana, karena deket dari rumah. Mungkin kalau No Escape ditayangin di XXI Cibinong City Mall juga, kita udah movie marathon, dari Everest lanjut ke No Escape. Buat sementara keinginan nonton No Escape harus ditunda.
Eh alhamdulillah-nya, Sabtu suami ada acara keluar kumpul bareng temen-temennya. Sekalian aja saya ikut keluar dan ngajakin nonton No Escape di Kalibata Mall setelah acara kumpul-kumpulnya selesai. Entah kenapa saya punya feeling kalau itu film gak bakal tayang lama di bioskop. Jadi harus kudu segera nonton sebelum hilang dari peredaran.
Singkat cerita, nonton No Escape juga lah saya bareng suami. Film ini berhasil bikin saya deg-degan dari awal sampe akhir. Bahkan, di tengah-tengah pemutaran, saya sempet nutupin mata buat beberapa saat saking takut dan gak teganya. Padahal ini bukan film horor.
Jadi, film ini berkisah tentang sebuah keluarga yang memutuskan pindah dan bertempat tinggal di salah satu negara di Asia Tenggara. Saya juga gak tau kenapa dalam film tersebut tidak disebutkan nama negaranya. Hal ini yang kemudian membuat saya menggali lebih dalam tentang film ini.
Mereka memutuskan pindah ke Asia karena sang kepala keluarga, Jack (Owen Wilson) ditugaskan sebagai salah satu Engineer di perusahaan air terkemuka Amerika, Cardif. Keganjilan sudah dimulai semenjak mereka sampai di negara yang tak disebut namanya itu. Orang yang ditugaskan menjemput Jack dan keluarga tidak lah datang. Sesampainya di hotel, listrik, sambungan telpon, dan sinyal televisi pun tidak berfungsi.
Esok harinya, Jack berjalan ke pusat pertokoan terdekat dengan hotel untuk membeli koran terbaru. Dalam perjalanannya pulang, ia terjebak dalam bentrokan yang terjadi antara polisi/tentara *idontknowexactly dengan warga setempat. Bentrokan semakin parah seiring kalahnya polisi/tentara.
Saat menonton film ini, saya membayangkan apa yang terjadi adalah semacam kudeta oleh salah satu kelompok besar di sebuah negara. Dan dengan cepat kelompok tersebut menguasai banyak tempat dengan membunuh orang-orang asing dan warga yang diketahui membantu orang asing.
Demi menyelamatkan diri, Jack dan keluarga sampai harus meloncati atap gedung. Adegan ini sebenarnya cukup tidak masuk akal. Karena mereka loncat dengan tangan kosong, tanpa alat bantu apapun. Mungkin karena penggarapan yang baik, saya justru merasa ikut ketar-ketir juga. Pertama, khawatir loncatan mereka tidak tepat sasaran dan kedua, khawatir mereka terbunuh lebih dulu.
Sepanjang film digambarkan bagaimana Jack dan keluarga berusaha mencari jalan keluar untuk pergi dari tempat tersebut. Sampai akhirnya mereka sampai di perbatasan dan tiba di perairan Vietnam. Dan ketegangan saya menonton film ini pun berakhir ketika mereka diselamatkan oleh tentara Vietnam.
Selain karena berbatasan dengan Vietnam, juga karena bahasa yang digunakan dalam film nampak seperti Bahasa Thailand, maka saya duga negara yang tak disebut namanya sepanjang film ditayangkan tersebut adalah Thailand. Dan untuk mendukung dugaan saya, sesampainya di rumah, langsung saya telusur informasi lebih lanjut mengenai film ini, Terus terang, saya pun penasaran apakah film ini kisah nyata atau bukan.
Dan ini lah hasil digging saya,
The film was approved for release in Thailand after the film-makers agreed not to identify the country where it was filmed or to portray it negatively. Co-writer Drew Dowdle says, "'We worked very closely with the Thai government and there were a lot of things they wanted us to shy away from....So although the film shows a coup breaking out in a Southeast Asian city,...it never specified the country. We were very careful not to make it Thailand in the movie, so there was no Thai language used'", said Drew. "'None of the signage is Thai and most of the language that the native population is speaking is a combination of Laotian, hill-tribe languages and other languages.'"
The film-makers were also instructed not to use images of the Thai monarchy and to "'never show the king or the colour yellow because that's the colour of the king'". John Dowdle, who directed the movie, says they were also told "'no Buddhas....don't do anything bad in front of a Buddha.'" (sumber https://en.wikipedia.org/wiki/No_Escape_(2015_film))
Agak kecewa juga sih, sampai dengan beberapa artikel yang saya baca tentang film ini tidak ada yang menjelaskan apakah pembuatan film ini berdasarkan kisah nyata atau tidak. Saya rasa kalau film ini adalah kisah nyata akan ada nilai tambah sendiri.
Tapi, setelah saya pikir-pikir. Banyak hal yang gak masuk akal di film ini. Pertama, dalam film digambarkan Kedutaan Amerika lumpuh total dan banyak mayat bergelimpangan di sana, termasuk di dalamnya tentara Amerika penjaga kedutaan. Kedua, Hammond (Pierce Brosnan) berperan sebagai CIA yang berhasil menyelamatkan diri & membantu Jack dan keluarga menyelamatkan diri.
Kenapa hal tersebut jadi tolak ukur ketidakmasuk-akalan?
Dalam kehidupan nyata, jika terjadi kudeta atau semacamnya, kantor-kantor kedutaan besar pasti sudah mendapatkan penjagaan super ketat pula dari tentara negara yang ditempati. Dan setidaknya ada aksi penyelamatan baik dari pihak kedutaan maupun dari pihak setempat. Sementara dalam film, digambarkan banyak mayat bergelimpangan di dalam halaman kedutaan yang akhirnya mengarahkan penonton bahwa mayat-mayat tersebut adalah mayat-mayat petugas kedutaan (dalam hal ini Amerika)
Kedua, dengan adanya lakon CIA di film tersebut tetapi tetap banyak warga negara asing yang tak selamat dari kudeta, rasanya aneh. Bukankah setiap negara pasti memiliki intel untuk memberikan informasi-informasi penting. Bagaimana mungkin masih ada lakon CIA yang hidup namun kedutaan negaranya lumpuh total dan warga negaranya banyak yang tak selamat??? Film ini akan jadi masuk akal jikalau digambarkan ada bentrokan aksi penyelamatan. Itu Amerika loh ya. Kedutaan Amerika dilumpuhkan. Gak usah lah ngomongin logika riil kehidupan nyata. Logika dalam film pun rasanya gak masuk akal. Pasti lah sudah ada pasukan bantuan dari negara-negara rekanan atau bahkan dari negaranya sendiri.
Dua hal itu lah yang akhirnya membuat saya yakin film ini bukan berdasarkan kisah nyata. Karena jika film tersebut berdasarkan kisah nyata, mungkin saja sudah terjadi perang antar beberapa negara Eropa dan Amerika dengan salah satu negara di Asia, karena terbunuhnya sekian banyak warga negara asing.
Namun bagaimana pun juga, setidak masuk akal apapun film ini. Film ini mampu membuat saya menangis, takut, dan khawatir dalam waktu yang bersamaan. Bahkan saat menontonnya, saya merasa tidak ada yang tidak masuk akal. Setelah film usai, barulah saya sadari ketidak masuk akalan itu. That's why I think this movie is great. Saya rasa, dari lima bintang, No Escape, layak saya beri empat bintang. :)
Dan keanehan yg ketiga, plot syuting film ini sepertinya berada di Thailand dgn melihat peta yg ada pada saat di pesawat. Di akhir film mereka selamat krn ke perbatasan Vietnam, tetapi sesungguhnya Thailand itu tdk berbatasan dgn Vietnam, Di Utara Myanmar, di Selatan Malaysia, Di Timur Laut Myanmar, Di Tenggara Kamboja.
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung ke blog saya..
Hapusmemang masih jd misteri film ini...
Sorry, maksudnya di Timur Laut berbatasan dgn Laos. Saya double ketik Myanmar nya hehe..
HapusArghtttt GERAM BANGET gueh.............itu film atau sebuah perintah rahasia buat nyerang ( gama budah/Agama tertentu di Indonesia ) secara hipnotis gratisan, yang bikin film " NO ESCAPE " bukan cuma gila tapi calon pembunuh yang sangat bengis dan kejam, beneran sinting, kalo mau ngajak perang dengan RRC to the point ajah lu ga usah lewat film pengadu domba !!!!!!! bilang sama yang bikin filmnya sonoh dah ga takut gue sih. ( maaf gue sewot n marah sama film tersebut )
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung ke blog saya..
HapusGeramnya ditahan-tahan ya mas ya..cuma pilem inih...hehe :))
Meskipun syuting filmnya di thailand, tp klo menurut saya kok negara yg dimaksud itu kamboja ya.. Soalnya klo thailand kan gak berbatas lgsg sm vietnam. Apapun itu, filmnya sukses bikin deg2an bgt.. Ini abis nnton smpe search apakaj true story ato bukan..😀😀
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung ke blog saya..
Hapusya kayaknya juga bisa kamboja, tapi huruf yang dipakai mirip sekali dg huruf thailand.. but who knows?
sama kayak saya mbak, selese nonton lsg seraching pgn tau true story gak.. ;P
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusThailand dan Kamboja menggunakan bahasa yg sama, suku khmer dan penulisan dg sansekerta, warisan jajahan majapahit. Klo sy abis nonton, brasanya ini kamboja. Krn pas ke kamboja, emang negaranya masih sgt sgt.. gitu deh..critahu aja deh.. meski 3 tahun blakangan sdh mulai berkembang. Syukurlah hanya film. Sungguh sadis bingitz
BalasHapusLatar belakang film dgn budaya tertentu membuat kita berharap film ini adalah sebuah kisah nyata. Kalau ditarik dari kedekatan waktu yg kekinian, rasanya tidak masuk akal kalau ini kisah nyata. Seperti berperang melawan zombie dgn latar yg real. Itu saja..
BalasHapusNo escape lagi tayang nih guys,super duper bikin tegang yg nontn ,smpe nangis pula,ga tega liat anak"nya ...ga abis pikir sama org"yg sgtu kejinya bantai"in org..
BalasHapusno escape baru lihat di trans tv.... huh sukses banget buat deg deg an....
BalasHapusAwalnya saya kira dia ada di thailand, dan mengira film ini berdasarkan history yg real. Sampai akhirnya sy penasaran dan searching dan berharap menemukan ada sejarah yg melatarbelakanginya. Dari pakaian, tulisan di koran sepertinya memang mengarah ke thailand. Kebetulan ga sampai cari tahu negara2 yg berbatasan dg vietnam. Makanya mikirnya ke thailand aja. Tp anehnya memang di film itu ga ada perlindungan utk WNA. Hal yg sangat tidak mgkin terjadi di kehidupan nyata. Kl seandainya ada semacam pemberontakan atau kerusuhan, pastilah WNA langsung dilindungi dan dievakuasi. Jd kesimpulannya film ini memang tidak berdasarkan kisah nyata. Tp tujuan sang sutradara pembuat cerita kita tidak tau. Kenapa dia menggambarkan orang2 ASIA sekejam itu. Padahal aslinya orang2 kulit putih yg lebih kejam. Mereka pernah menjajah negara2 di ASIA
BalasHapusTErima kasih semua sudah mampir dan membaca tulisan di blog saya. As you already known, filmnya emang greget kejemnya, saya sampai gak berani kalau harus nonton buat kedua kalinya. Hehehe.
BalasHapus