Senin, 29 September 2014

# Short Story

This Is Why We Call Them "Meong" Part-II

Menyambung dongeng asal yang saya karang sesuka-suka saya, ini dia bagian keduanya.


Cerita yang lalu :


Mawar pergi merantau namun dia hanya berputar-putar. Jalan yang telah dilewati, dilaluinya lagi, seolah jalan itu tak berujung. Akhirnya, kembali lah Mawar ke rumahnya.

Sesampainya di rumah. Setelah makan dan beristirahat sejenak, dia menceritakan hal yang dialaminya kepada Meong. Dengan bahasa yang hanya dimengerti oleh Mawar dan Meong, mereka bercakap. Sampai akhirnya Mawar berinisiatif untuk menceritakan tentang hal yang dialaminya kepada tetangga-tetangganya, walaupun itu berarti dia harus berjalan 10 km ke tiap-tiap rumah tetangganya.




Meong 

Butuh beberapa hari untuk mengunjungi setiap tetangga Mawar. Namun, ia tak pernah merasa putus asa meskipun jawaban yang ia dapatkan selalu sama. Mereka selalu berkata bahwa sudah berkali-kali warga desanya mencoba merantau namun tak ada seorang pun yang berhasil karena jalan yang dilaluinya selalu membawanya kembali ke desanya.

Mawar gusar. Sungguh rasa penasarannya semakin memuncak. Dia tetap ingin mencobanya sekali lagi. Mencoba keluar dari desanya. Mencari tahu bagaimana dunia luar berjalan. Mengadu nasib agar lebih baik lagi.

Dua minggu kemudian, Mawar pun memulai perjalanannya lagi. Kali ini dia memantapkan tekad agar tak lelah menytusuri jalan. "Siapa tahu setelah beberapa kali berputar, akhirnya menemukan jalan keluar," ucapnya dalam hati.

Ia pun berpamitan dengan Meong tanpa lupa sudah lebih dulu membekali Meong dengan sejumlah makanan untuk beberapa minggu ke depan. Karena kali itu dia sungguh ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, maka bekal makanan yang ia siapkan untuk Meong selama sendiri di rumah pun ia sediakan jauh lebih banyak dari sebelumnya.

Berjalan lah Mawar sampai ujung desa, dimana Gapura Selamat Tinggal desanya berada. Seperti yang sudah ia duga sebelumnya. Bukannya keluar dari desanya, ia justru kembali ke desanya. Namun, mawar tak putus asa, hingga sudah kelima kali melewati gapura itu ia pun jatuh terduduk lemas. Meski tubuhnya sudah mulai lelah namun semangatnya tak pernah goyah. Ia pun menyadari ada satu keganjilan disudut balik gapura tersebut.

Ia baru tersadar, ketika pertama kali melewati gapura itu, tak ada batu menyender di sana, namun saat ketiga dan kelima kalinya, batu itu tiba-tiba saja ada disudut gapura, dekat dengan semak-semak. Mawarpun segera mendekati batu itu. 

Pada bagian belakang batu yang tersandar pada gapura itu terukir sebuah gambar dan semacam simbol yang tak ia mengerti. Lelah karena penasaran yang luar biasa, Mawar pun menggeser batu tersebut untuk memudahkannya membaca. Siapa sangka, tiba-tiba lorong gapura berubah seperti fatamorgana muncul saat cuaca yang begitu panas.

Walaupun ragu, Mawar berusaha tetap mendekati gapura dan berjalan melewatinya. Tak disangka, jalan di hadapannya kini berubah, bukan lagi jalan desa yang ia lewati berulang-ulang kali. Mawar tersenyum bahagia.

Di tempat yang belum dia kenali itu, Mawar berusaha mendekati pusat kota. alangkah terkejutnya dia ketika menyadari bahwa penghuni tempat yang baru saja ia pijak bukan lah manusia. 


****

Haduh ada saja yang membuat saya harus terhenti. Mudah-mudahan saya bisa segera menyelesaikan menulis dongeng karangan saya ini, supaya tidak lupa. Dalam Part III nanti, akan saya sambung kelanjutan cerita di atas. di tunggu kelanjutannya ya... :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Push Notification