Maaf ya, saya bukannya nglanjutin bikin Part III Why We Call Them "Meong" malah bikin posting baru yang ga ada kaitannya (ngomong ke orang yang siapa tau ada yg nunggu2 klanjutan cerita si Meong).
Begini, tadi saya liat-liat foto di Facebook dari yangg terkini banget sampe yang lalu banget. Lantas terbesit syukur dalam benak betapa beruntungnya saya sejauh ini.
Foto-foto awal, saya liatnya senyum-senyum aja. Agak ke tengah mule inget deh mantan pacar A, B, dan C. Mantan gebetan A, B, dan C (sok banyak yg deket aja, wkwk). Pas inget itu-itu orang kemudian saya inget suami, Ya Allah, sungguh lah Tuhan maha baik. Ia jodohkan saya dengan suami, bersatu pada akad suci.
Kalau dirunut ke belakang, saya tidak cukup beruntung dalam percintaan, lebih banyak kenangan-kenangan buruk yang teringat ketimbang kenangan manisnya, termasuk salah satunya kenangan perlakuan beberapa orang mantan terhadap saya.
Saya seperti dibenturkan pada kenyataan sekarang bahwa, beruntungnya saya berjodoh dengan suami saya, yang memperlakukan saya jauh lebih baik daripada mereka yang sempat dekat. Padahal dengan kebaikan suami yang sudah sebegitunya harusnya sudah cukup bagi saya untuk berhenti merasa insecure, tapi masih saja sesekali saya tetap mengeluh cara dia menyayangi saya. Saya bilang dia cuek lah, ini lah itu lah, haha. Maaf ya sayang. Sekarang kalau dipikir-pikir, dia lah satu-satunya yang paling sabar dan sungguh menyayangi saya, selain orang tua saya.
Memang benar kalau ada yang bilang, semua itu untuk belajar. Tuhan tidak akan membawa kita melangkah jauh, hanya untuk meninggalkan kita. Tuhan ingin mengenalkan sesuatu dengan caraNya agar kita mampu menghargai dengan benar.
Kadangkala kalau sempat teringat yang dulu-dulu, rasanya saya masih belum bisa memaafkan salah seorang yang sempat dekat dengan saya. Tapi lantas sekarang saya sadar, terlepas bagaimana keadaan orang itu saat ini, saya sadar bahwa Tuhan begitu baik dan begitu adil. Selama kita berusaha terbaik dan memperlakukan orang dengan baik maka tak ada satu hal pun yang terluput dariNya. Dia akan membalasnya dengan kebaikan lain yang sangat kita butuhkan yang mungkin belum kita sadari saat ini.
Melalui postingan ini, saya pun bermaksud untuk melegakan semua yang mengganjal. Melepas belenggu lalu tentang seseorang yang berlaku seenaknya kepada saya. Memaafkannya. Dan membiarkan hal itu tak lagi jadi ganjalan dalam hati.
Biar saja Tuhan yang mengambil alih. Saya cukup bahagia dengan apa yang Dia beri. Saya sangat bahagia akhirnya disandingkan dengan belahan hati, suami tercinta yang juga mencintai saya.
Let Me Thanks to You
For the kindness that is still left on earth
For the love that warms life
For the sincerity that growing in heart hurt
I sincere my past that has been blurred,
to be a good start for true love
so I can truly grateful,
so I can truly understand,
so I can trully appraise,
and keeping the love,
which has been very close to me acctually
Thanks to You, God. You are The Only One that I have faith
Thanks to you, my dear, of everything that you do for me, sincerely
*sekedar notes, tak ada maksud saya membanding-mandingkan suami dengan laki-laki lain. Murni, seluruhnya, seutuh-utuhnya, niat saya menulis ini, hanya karena saya ingin bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dan suami tercinta.
Sayang, I love you...
*sampenetesairmata :***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar