Hari ini saya ingin berbagi cerita mengenai sikap positif atas sikap negatif yang saya alami kemarin-kemarin.
Kantor saya sedang getol-getolnya menggaungkan Excellent Service, termasuk dengan perpustakaannya. Karena kebetulan yang in charge perpustakaan kantor adalah saya, saya dimintai lah pendapat untuk membuat perpustakaan lebih berperan besar lagi dan ga jadi sarang orang tidur.
Saya kasih tau ya soal orang tidur di perpus. Perpustakaan kami itu benar-benar nyaman sekali. Saya merasakan sendiri aura nyamannya dan memang kalau tidak ada aktifitas, rasa nyaman itu akan berubah menjadi mengantuk, dan berakhir dengan tidur dengan sendirinya.
Di perpustakaan kantor saya, ada sofa hitam yang begitu menghipnotis, sudah banyak korbannya, termasuk saya. Asal nempel sofa hitam itu and do nothing, pasti tanpa sadar beberapa menit kemudian sudah ketiduran. Jadi saya sarankan membaca atau berdiskusi kalau sedang duduk di sofa hitam itu kalau tidak, siap-siap ngorok atau ngeces tanpa sadar. It's serious!
Aura nyaman di perpustakaan kantor saya sebenarnya sangat mendukung untuk membaca dan belajar. Sudah saya buktikan sendiri. Tetapi ini soal pilihan. Beberapa orang lebih memilih untuk bersantai, malas-malasan, dan ada juga yang memang niat tidur. Sayangnya, orang-orang dengan pilihan yang saya sebutkan tadi ternyata jumlahnaya lebih banyak ketimbang yang memilih untuk membaca, belajar, diskusi, dlsb. Terbentuk lah image, perpustakaan adalah salah satu tempat tidur ternyaman di kantor. Kalau saya bangunkan orang yang sedang tidur kan ya ga enak, apalagi berlaku senioritas disini, like dislike juga masih punya pengaruh kuat. Makin ciut lah saya. Lagipula juga saya gak tega, bagaimana kalau mereka memang sedang lelah dan butuh istirahat, bagaimana mungkin saya setega itu?
Dari situ lah muncul titah Pak Bos untuk mengubah image perpustakaan. Salah satu ide beliau adalah bedah buku. Oke. Saya mulai berpikir kira-kira buku apa yang bagus untuk dibedah. Karena ini awalan, menurut saya bukunya harus menarik dan penulisnya harus lah yang seru dan menginspirasi. Belum dapat ide, tiba-tiba saya diberitahu salah seorang rekan kerja kalau lusa akan ada bedah buku mengenai leadearship. Singkat cerita datanglah saya ke bedah buku tersebut, dan ternyata tidak sesuai yang saya bayangkan. Kemudian Pak Bos bertanya kira-kira untuk selanjutnya buku apa yang bagus untuk dibedah. Saat itu tiba-tiba terlintas novel 9 Summers 10 Autumn nya Iwan Setyawan. Saya sampaikan lah ide tersebut. Seketika mendapat ide dari saya itu, Pak Bos langsung mengumumkan ke rekan-rekan kerja dan saya diminta mengeksekusinya. Tiba-tiba bahu rasanya jadi makin berat.
Mengontak Iwan Setyawan itu ternyata gak mudah, Harus sabar. Dan saya pun mengerti, pasti beliau sibuk, sangat mengerti sekali, tapi saya tidak mengerti kenapa tidak dibalas sebentar saja, hahaha. Sementara di kantor, Pak Bos sudah beberapa kali menanyakan mengenai kapan ide bedah buku saya dilaksanakan, dan saya lagi-lagi cuma bisa menjawab dengan jawaban yang sama, "Saya masih mengontak yang bersangkutan Pak"
Sampai suatu hari saya menyerah, dan berdiskusi lah saya dengan rekan kerja seruangan, adakah yang punya ide untuk bedah buku. Saya sudah berpikir untuk mengganti buku yang akan dibedah. Stres rasanya saat itu, karena Pak Bos sudah terlanjur mengumumkan ke teman-teman dan saya pikir saya akan gagal mengeksekusi ide saya itu. Mulai lah saya sebal kenapa hal yang belum fixed sudah langsung diumumkan?!!
Tapi kesebalan saya nampaknya membawa berkah, saat itu saya berdoa agar Tuhan memudahkan urusan saya. Dan katanya kan doa orang teraniaya mudah dikabulkan ya?! Yup, Mas Iwan Setyawan membalas pesan saya, beliau berkenan hadir dan meminta saya yang menentukan tanggal. Saya segera memberitahu Pak Bos melalui WA, beliau menyebutkan tanggal dan waktunya, saya menyetujui tanggal namun tidak menyetujui waktunya, karena menrut saya terlalu pagi dan sulit untuk pegawai diluar kantor untuk datang. Dan akhirnya disetujui lah Senin, 16 Maret Pukul 12.00 sd 14.00
Menjelang hari H saya mengurus ini itu. Birokrasi keuangan kantor yang gak mudah dimasuki, membuat saya harus berdiskusi sampai stres by phone dengan salah seorang rekan di bagian, sebut saja pencairan. Diskusi awal membuat saya pasrah. Segera saya menghubungi Mas Iwan Setyawan, bertanya apakah tidak masalah kalau honor beliau sangat kecil sekali. Alhamdulillah jawaban beliau menenangkan saya sekaligus menggalaukan saya.
Saya ini tipikal orang yang gak enakan. Saya merasa gak enak, kalau sekapasitas dan sekompeten Iwan Setyawan tidak dibayar atau kalaupun dibayar sedikit sekali. Saya pun berjuang, meskipun diskusi jadi seperti berdebat, saya terus perjuangkan saja, sampai akhirnya angka honor meningkat sedikit dan buat saya itu sudah cukup. Karena kalau saya terlalu memaksakan bisa-bisa saya yang kena masalah.
Saat honor sudah ga jadi masalah, kemudian saya kepikiran siapa moderatornya. Saya meminta tolong seorang kawan baik di kantor untuk jadi moderator, dia menyetujui, sayangnya, atasannya tidak menyetujui. Saya sampaikan lah hal ini ke Pak Bos, lantas dengan serta merta Pak Bos langsung meminta saya saja yang menjadi moderator, dalam hati saya bilang "What??!"
Gini ya readers, ini bukan karena saya gak mau, tapi terkait penyelenggaraan bedah buku tersebut , banyak yang harus saya urusi, pertama saya merasa kewalahan dan kedua saya memang belum berpengalaman menjadi moderator bedah buku. Saya kawatir saya kurang mumpuni dan tidak bisa menghidupkan suasana. Yang ada di pikiran saya adalah, berhubung untuk pembayarannya pun sedikit nahan-nahan emosi, saya ingin acara ini sukses dan banyak disukai. Saya gak mau bedah buku yang boring. Saya ingin mereka yang datang terkesan. Dan berhubung juga, ini adalah acara bedah buku pertama yang mengundang penulisnya langsung, saya pun cemas-cemas berani kalau akan ada mulut-mulut yang menyebar berita mengecewakan dan menjatuhkan profesionalisme saya.
Saya berdiskusilah lagi dengan rekan sebelah meja saya, dia punya ide. Saya minta dia untuk merayu yang bersangkutan untuk menjadi moderator dan berhasil. Alhamdulillah, terima kasih lagi-lagi Tuhan memudahkan.
Dua hari sebelumnya, saya promosikan acara tersebut di group-group WA kantor. Beberapa rekan membalasnya dengan penasaran, antusias, atau keduanya. Tapi ada juga yang membalasnya dengan energi yang negatif, yang saya pikir bisa mempengaruhi orang lain untuk tidak datang ke acara bedah buku tersebut. Saya elus dada aja. Saya balas dengan baik dan sebaik-baiknya bahasa. Saya juga gak mau bertengkar hanya karena hal-hal seperti itu.
Sampai lah di hari H. acara molor karena banyak acara bertumpuk di hari yang sama. tapi saat mas Iwan Setyawan datang ke kantor saya dan mulai berbicara di depan rasanya pundak saya mulai ringan. Saya mendengar, melihat dan mengamati respon audience, alhamdulillah banyak yang nampak senang. Acara pun selesai dan beberapa komentar baik saya dapatkan. Rasanya lega bukan main. Senang bukan kepalang. Dan hari ini ada hal mengejutkan datang.
Seseorang menulis pesan pada salah satu group WA kantor dan meminta maaf atas keraguannya dan sikap underestimate yang sempat dia ucapkan melalui pesan di group WA tersebut. Gak sampai disitu aja, dia pun sampai mengirim pesan secara pribadi ke saya untuk meminta maaf dan menyampaikan kesan atas acara bedah buku kemarin. Dia ingin berkenalan dengan Mas Iwan katanya. Tapi mohon maaf, saya tidak bisa membantu, karena saya kawatir Mas Iwan kurang berkenan jika saya menjadi perantara perkenalan mereka dan itu berarti saya memberi nomor HP Mas Iwan. Saya berikan dia solusi untuk langsung menghubungi Mas iwan melalui twitternya saja.
Yap!! Itu lah yang mau saya share disini.
Energi negatif itu bisa datang kapan saja dan berbondong-bondong mengeroyok kita. Namun selama kita bisa membuat hal tersebut jadi cambukan untuk memberi yang terbaik, mengubahnya menjadi energi yang positif, dengan niat yang benar insya Allah Tuhan akan bantu. Tidak hanya dimudahkan tetapi juga dibuatNya menjadi lebih tercerahkan. So?? Terus berjuang, bersikap positif, dan sertakan Tuhan dalam setiap langkah kita, niscaya segala yang negatif juga bisa jadi positif dan memberi hikmah pelajaran yang luar biasa.
Salam semangat dari saya. Cheers.... :)
aku pernah merasai perasaan yang sama sungguh situasi nya berbeda. saat aku membaca post kamu ini, perasaan itu hadir kembali. usaha berterusan pasti dibalas dengan kejayaan selagi tidak putus asa. dan akhirnya ia telah menambah keyakinan diri untuk keperluan di masa hadapan. selamat maju jaya dan selalu sukses.
BalasHapus