Senin, 02 Mei 2016

# Jalan-Jalan

Trip to Thailand (Part II : Unstoppable Happy)

Sesampainya di Bangkok, kami ngantuk sekaligus kelaparan. Khawatir malam-malam perut menggila dan kami jadi starving, Pak Bos suami meminta tolong guide untuk mengantar kami makan malam lebih dulu. Guide yang lancar berbahasa Indonesia dengan cadel itu lantas kebingungan, karena restaurant sudah banyak yang tutup.

Lagi-lagi dengan sedikit drama, akhirnya setelah menaruh barang di Hotel Novotel Bangkok Platinum, kami dibawa ke warung makan sekitar hotel, boleh dibilang street food. Oya lupa kasih tahu, wisata kami ke Thailand saat itu bertepatan dengan festival sonkran. Festival ini diselenggarakan dalam rangka menyambut tahun baru Thailand yang jatuh pada 13-15 April setiap tahunnya. Festival ini juga bisa diidentikan sebagai perayaan air, karena selama festival ini berlangsung banyak orang akan bebas menyemprotkan air ke satu sama lain tanpa perlu saling mengenal. Yap, saya sempat juga kena semprot air. :))


Masuk warung makan, saya, suami dan beberapa teman suami yang muslim lainnya pun jadi kebingungan hendak memesan apa. hampir seluruh tulisan dalam huruf Thailand. Kami takut salah pilih dan memakan makanan yang tidak halal. Syukurlah guide kami membantu. Dia menunjukan beberapa menu yang tidak mengandung babi. Dan pilihan saya jatuh pada Pattay Kung. Apa itu? Seperti ini penampakannya.

Pattay Kung ini bahan dasar utamanya adalah 
kwetiau, udang, tauge dan tahu. 
Dan ini, eeennnnaaaakkk bangeeettt! Seriously!

Sempat bingung juga untuk pilih menu minumannya. cari aman sebagian besar dari kami meminta ice tea. Kami pikir memilih ice tea akan lebih mudah dipahami dan lebih cepat karena kami rasa dua suku kata itu sangat popular bagi mereka yang tidak bisa berbahasa Inggris sekalipun. Ternyata tidak seperti dugaan. Pelayan warung makan  justru memberikan kami minuman yang awalnya kami gak tau apa itu. Setelah mencicipi minuman itu kami pun berkesimpulan sendiri mungkin es teh nya orang Thailand kayak begini. Tapi belakangan kami baru tahu, ternyata minuman seperti dijual serbuk sachetnya dan dengan merk NESTEA. Artinya, bisa jadi si pelayan mendengar kata "ice tea" jadi "Nestea".


 
Thai Tea satu ini juga gak kalah nikmat
sama es teh Tong Tjie loh. :))

Karena sebagian dari kami sudah masuk starving stage, jadi gak heran kalau ada beberapa teman suami yang sampai nambah makan berkali-kali. Saya numpang icip-icip juga sih. Itung-itung kulineran. :P

Selesai makan malam, kami kembali ke hotel. Niatnya mau langsung bobok, kemudian jadi gak bisa tenang karena kami baru sadar sim card kami masih coverage Indonesia aja. Sekalipun ada paket untuk penggunaan international tarifnya mahal sekali. Jadi saya dan suami nitip teman-teman yang mau beli sim card baru untuk penggunaan selama di Thailand saja. Sayangnya beli simcard ternyata butuh passport, dan kami tidak menitipkan passport. Jadi "yauda kita tidur aja dulu yuk, besok pagi aja beli sim card nya...",ujar suami. 

Esok pagi nya, usai sarapan. Saya dan suami pergi ke 7eleven terdekat dari hotel. Teman-teman bilang bisa beli simcard di sana. Kami membeli sim card hanya dengan menunjukan fotonya saja. jadi gak perlu repot berbahasa Inggris. :D 

Dengan menyerahkan uang sekitar (80bath/simcard) dan passport kami bisa langsung mendapatkan  simcard baru yang sudah didaftarkan si mas 7 Eleven sekaligus. Ah baik nya kokoh nih... :)

Kembali ke hotel, kami ribet ganti simcard dan mengaktifkan nomor. Tapi ternyata hal itu gak sulit dilakukan, karena kami membeli sim card yang sesuai. Sim card yang beli memang khusus untuk wisatawan mancanegara yang tengah berkunjung ke Thailand. Masa aktif nya pun hanya 7 hari namun sudah lengkap dengan pulsa telpon dan paket internet untuk 7 hari itu juga.

 Simcard ini oke punya buat yang pengen eksis
selama jalan-jalan di Thailand tapi tetep irit.


Ada teman suami yang salah membeli simcard. Dia asal saja beli simcard. Proses aktivasinya rumit. Berbeda dengan kami, yang bila nomor telah teraktivasi maka paket internet akan sendirinya teraktivasi juga dan pulsa pun dapat langsung digunakan untuk menelpon. Berbeda dengan kami, teman suami harus mengaktivasi nomor lebih dulu, baru kemudian memilih paket internet yang sesuai. Artinya jika pulsa dalam simcard baru tidak memadai harus isi pulsa lebih dulu. 

 Hari pertama, kami berkunjung ke Big Bee Farm. Semacam kebun sekaligus pertenakan lebah disana. Di Big Bee Farm kami sudah disambut guide dari tempat tersebut untuk menjelaskan segala hal tentang lebah dan madu. Sempat saya merasa sedang berada di Bogor bukan Thailand karena fasihnya guide Big Bee Farm memberikan penjelasan dan berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia. Usut punya usut, ternyata doi memang sempat tinggal di Indonesia selama 5 tahun. Sekali lagi saya merasa gak perlu repot berbahasa Inggris kalau di Thailand. Hahaha.








Penjelasan tentang madu banyak menarik perhatian kami. Guide menjelaskan bagaimana membedakan madu asli dan tidak. Sampai mempraktekan salah satu khasiat madu yang dapat mencerahkan sekaligus menghaluskan kulit. Dan cara mempraktekannya sangat mudah. Salah satu punggung telapak tangan diberi sedikit madu untuk digosok sampai madu meresap semua ke dalam kulit. Tak lama kemudian, kami langsung bisa melihat hasilnya. Punggung telapak tangan yang sudah digosok madu asli hingga meresap ke dalam kulit seketika tampak lebih putih, cerah dan halus. Sayangnya, saya lupa mendokumentasikan ini dalam foto atau video. :(
Sudah waktunya makan siang saat kami masih di Big Bee Farm. Jadi sebelum berangkat ke destinasi selanjutnya, kami makan siang dulu di rumah makan yang masih berlokasi dalam Big Be Farm. Berhubung sebagian besar dari kami concern sekali dengan kehalalan makanan. Jadi menu makan siang saat itu sebagian besar seafood dan sisanya daging ayam. Yang paling menarik perhatian saya adalah tom yum di sana enak sekali. Kuahnya kental dan asamnya pas. Nikmatnya sampai lupa target turun berat badan. :D

Tom Yum paling enak yang pernah saya makan.


Selesai berkunjung ke Big Bee Farm kami pergi ke 3D Art in Paradise Museum di Pattaya. Museum ini jadi tempat yang lumayan bikin heboh buat foto-foto. Lumayan buat nambah postingan instagram yang keren juga loh. Ini beberapa foto kami selama di sana.



 Suami girang bisa foto beginian. :))


 Saya yang selalu berharap bisa terbang.
Ikan yang genit.


Sebenarnya ada banyak foto selama kami di tempat ini, tapi kalau saya share semuanya di sini akan sangat berbahaya untuk mereka yang sedang merasa galau kepingin jalan-jalan. :))

Capek narsis di Art In Paradise Museum kami pun diantar ke hotel di Pattaya untuk menaruh barang dan beristirahat sejenak. Malam harinya kami kembali dijemput untuk menyaksikan Alcazar Cabaret Show. 

Menurut penjelasan tour guide kami, semua pemain kabaret ini adalah lady boy alias waria. Kalau sebelumnya saya tidak diberitahu tentang hal ini mungkin saya akan mengira pemain kabaret adalah wanita-wanita tulen asli. hampir seluruh lady boy pemain kabaret cantik bahkan sangat cantik dan berbadan bagus. Tubuh mereka tak lagi terlihat sedikitpun seperti pria. Kulit putih, liuk tubuh gitar spanyol, payudara besar yang kencang, bahkan daerah keintiman mereka tidak terlihat menonjol sekalipun. Nampaknya banyak yang sudah operasi besar-besaran.
Usai menonton Alcazar cabet Show kami makan malam sebentar di rumah makan terdekat kemudian kembali ke hotel. Beberapa teman pergi jalan-jalan menghabiskan malam dengan mengelilingi Pattaya dan mencoba kuliner di sana. Saya dan suami??? Kami memilih tidur. :P
Esok harinya usai sarapan sekaligus check out kami diantar tour guide pergi ke River City Chao Praya untuk menaiki kapal kemudian berhenti di dekat sebuah kuil  dan memberikan makan ikan-ikan di sana yang dipercaya akan memberi keberuntungan.




Setelah cukup kepanasan di Chao Praya kami pun melanjutkan perjalanan ke Wat Arun Temple dan Reclining Budha. Berhubung cuaca yang sangat panas, saya tidak mengambil banyak gambar di sana. Sebagai pelajaran, lain kali saya harus membawa payung kecil jika berkunjung ke Thailad. Cuaca panas di sana melebihi Jakarta. badan pun mudah berkeringat dan terasa lembab juga lengket.

 Jalan masuk Wat Arun Temple


 
Top of The Top Wat Arun Temple

The Reclining Budha


Oya, ada sedikit pelajaran selama di Wat Arun. Di Wat Arun kita akan menemukan beberapa warung penjual cinderamata dan oleh-oleh. Entah kenapa saya tergoda berbelanja. Melihat papan bertuliskan "3pcs=200" saya pun tertarik. Papan ini tergantung di banyak warung penjual tas khas Thailand.

Saya dan salah seorang teman suami pun mendekati warung tersebut. Melihat kami berdua bercakap dalam bahasa Indonesia, sang penjual pun berbahasa Indonesia semampunya. Bisa dibilang broken bahasa. Dia bilang 3 tas hanya 200 ribu rupiah, yang jika dikurskan dalam mata uang Thailand berarti 500bath. Selaku orang Indonesia yang lumayan doyan belanja, 200 ribu dapat 3 tas buat kami masih cukup terjangkau dan tidak mahal. Dan kami pun membelinya.

Ketika sudah selesai membayar, saya mendekati suami dan suami bertanya "Bunda beli tas??? Abis berapa?" Dengan tanpa beban saya menjawab, "Iya. Murah loh Bi, 3 tas cuma 200 ribu rupiah." Seketika suami saya memasang muka heran dan saya menyadarinya. "Emang kenapa Bi?" Lantas suami langsung menunjuk papas bertuliskan "3pcs=200" tadi. "Bunda sadar gak itu di papan tulisannya 200bath bukan 200ribu rupiah??" Alamak benar! Papan yang tadi saya juga lihat, tertulis jelas kata 'bath' disana. 3 pcs = 200 BATH. Sontak saya merasa kesal tapi enggan komplain. Suami pun cekikian melihat saya manyun tiba-tiba.

Selesai mengunjungi Wat Arun dan Reclining Budha di Pattaya kami kembali ke Bangkok dan menginap di hotel yang sama seperti saat kami pertama kali datang. Yap, Novotel Bangkok Platinum.

Di Bangkok kami juga pergi ke Madame Tussaud. Dan saya pun girang ketika melihat manekin One direction. Aura nasistik saya seketika tersalurkan. :))







Hari terakhir di Thailand, kami diajak ke Pasar Chatukchat. Pasar tradisonal terbesar di Bangkok. Di sana banyak sekali barang dengan harga yang terjangkau bahkan sangat murah. Pakaian yang di sana setara necisnya dengan yang dijual di mal-mal di Jakarta dan tentu saja dijual dengan harga yang lebih murah. Banyak kaos lucu yang hanya 40ribu an rupiah saja. Tapi lagi-lagi karena panas matahari dan fokus pada rombongan di tengah keramaian agar tidak tersesat, saya pun tidak sekalipun mengambil gambar. :( Yang jelas, untuk shopaholic, pasar ini bisa jadi surga duniawi yang sangat melenakan. :D

Sebelum pulang ke Indonesia saya dan suami sempat mampir ke supermarket di salah satu mall di Bangkok. Kami penasaran dengan Nestea Thai Tea yang beberapa kali kami minum di Bangkok. Kami membeli sebungkus Nestea Thai Tea berisi kurang lebih 20 sachet yang rencananya hendak diberikan sebagai oleh-oleh tapi nyatanya sesampainya di Jakarta, Nestea Thai Tea habis sendiri oleh kami berdua. Saya pun menyesal tidak membeli cukup banyak. :D Saya berharap, kelak bisa kembali lagi ke Bangkok, berbelanja Neste Thai Tea di mall ternama dan membeli pakain juga barang-barang lain sepuasnya di Pasar Chatukchat. Semoga saja. :)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Push Notification